Perang Bunga, Deposito Melesat Rp 50 Triliun

VIVAnews - Perang suku bunga di kalangan perbankan nasional memicu lonjakan dana masyarakat yang ditempatkan pada deposito. Dalam tempo sebulan, bank berhasil menghimpun deposito hingga Rp 50 triliun.

Data statistik perbankan nasional pada September 2008 yang dikeluarkan Bank Indonesia 7 November 2008 lalu memperlihatkan total deposito mencapai Rp 606 triliun. Padahal pada Agustus 2008, angkanya masih di kisaran Rp 556 triliun.

Sebagian besar atau sekitar Rp 24 triliun dana itu diserap bank-bank swasta devisa nasional. Sebesar Rp 18,3 triliun beredar di bank-bank BUMN, dan sisanya tersebar di bank swasta non devisa Rp 900 miliar, bank campuran Rp 3,1 triliun dan bank asing Rp 4,3 triliun. Sementara dana deposito di Bank Pembangunan Daerah (BPD) justru tersedot, minus Rp 600 miliar.

Utang Luar Negeri RI Februari 2024 Naik Jadi US$407,3 MIliar, Ini Penyebabnya

Lonjakan ini cukup tinggi jika dibandingkan perkembangan deposito perbankan nasional pada Agustus terhadap Juli 2008  yang hanya naik Rp 14,3 triliun.

Analis Bank Rakyat Indonesia (BRI) Djoko Retnadi menduga ke depan perang suku bunga untuk memperebutkan dana pihak ketiga masih akan terjadi. Persaingan akan lebih terfokus pada dana-dana mahal atau deposito. "Bank-bank papan atas kemungkinan masih berani memasang suku bunga di atas bunga penjaminan yang ditetapkan 10 persen," katanya kepada VIVAnews, Rabu 19 November 2008.

Jika perang suku bunga masih terjadi, otomatis biaya dana akan meningkat dan hal ini akan dibebankan pada bunga kredit, sehingga ada potensi peningkatan kredit-kredit bermasalah (non performing loan/NPL) akibat debitor yang gagal bayar.

"Ini harus diantisipasi. Pencegahan bisa dilakukan dengan menerapkan penjaminan penuh, sehingga bank akan menurunkan suku bunganya. Maksimal sesuai suku bunga penjaminan," katanya.

Untuk mengamankan kondisi perbankan nasional, pemerintah juga diminta menerapkan penjaminan penuh untuk pinjaman antarbank. Sehingga tidak terjadi lagi kasus kalah kliring yang merugikan bank bersangkutan.

"Dalam kondisi normal, meminjam antarbank tidak susah, karena bank memiliki kredit line. Tapi dalam kondisi krisis tidak mudah. Bagusnya kan sebelum mengganggu BI, bank meminjam pada bank lain dulu, tapi ini tidak gampang. Kondisi riil yang terjadi seperti ini," tutur Joko.

Timnas Indonesia vs Australia di Piala Asia U-23

Piala Asia U-23 Pakai Head to Head atau Selisih Gol? Ini Syarat Timnas Indonesia ke Perempat Final

Timnas Indonesia U-23 selangkah lagi bakal menciptakan sejarah lolos ke perempat final Piala Asia U 23 2024. Garuda Muda bakal melakoni penentu melawan Timnas Yordania.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024