Elnusa Garap Proyek Baru

VIVAnews - PT Elnusa Tbk (ELSA) dikabarkan akan mengerjakan proyek tambang migas baru dalam waktu dekat.

Truk Kontainer Bermuatan Kayu Terguling di Jalur Gentong Tasikmalaya

Sumber VIVAnews mengatakan, dikabarkan perseroan akan mengerjakan proyek tambang migas baru setelah perseroan mendapatkan dana segar dari investor asing untuk pengerjaan proyek tersebut. "Dana itu juga akan digunakan perseron untuk pembelian alat-alat," jelasnya di Jakarta, Jumat, 21 November 2008.

Eddy Sjahbuddin, direktur operasi Elnusa saat dimintai konfirmasinya mengatakan, perseroan memang sedang mengerjakan proyek baru saat ini, yaitu pengeboran geothermal di wilayah Kemojang, Jawa Barat. "Jadi, itu proyek barunya," kata dia kepada VIVAnews di Jakarta, akhir pekan kemarin.

Miris! Menkominfo Sebut Transaksi Judi Online Capai Rp 327 T di 2023

Per 31 Oktober 2008, perusahaan pertambangan minyak memiliki saham berkode ELSA sebesar 41,1 persen dan PT Tri Daya Esta sebanyak 37,15 persen. Sedangkan sisanya dimiliki publik.

Pada perdagangan Jumat, 21 November 2008, ELSA ditutup menguat Rp 2 di level Rp 112. Broker PT Tri Megah Securities Tbk dengan kode LG tercatat sebagai salah satu broker yang paling banyak mengoleksi saham Elnusa.

Pemobil Fortuner Diperintah Sang Kakak Buang Pelat TNI di Lembang, Polisi Turun Tangan

Pengamat dan praktisi pasar modal Gifar Indra Sakti mengatakan, pengerjaan proyek baru tersebut tentunya bakal memberikan sentimen positif bagi kinerja perseroan. "Pendapatan ELSA akan bertambah lagi," jelasnya.

Namun, dia mengakui, berita positif itu belum bisa mendongkrak harga saham perseroan di pasar. Sebab, saat ini pergerakan saham lebih dipengaruhi kondisi eksternal seperti kondisi bursa regional yang masih menghantui indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia.

Selama kuartal III-2008, pendapatan usaha Elnusa meningkat 12,6 persen menjadi Rp 1,65 triliun dari periode yang sama 2007 sebesar Rp 1,46 triliun. Laba bersih yang diraih perseroan per September 2008 juga melesat hingga 220,6 persen menjadi Rp 102,01 miliar atau Rp 13,97 per saham dari Rp 31,822 miliar atau Rp 27,25 per saham pada sembilan bulan pertama tahun sebelumnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya