Sektor Listrik Butuh Investasi US$ 88 Miliar

VIVAnews - Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) menyatakan sebelum krisis ekonomi dunia terjadi, kebutuhan kapasitas pembangkit listrik hingga 2018 sebesar 42 ribu Megawatt (MW).

Berdasarkan dokumen dari MKI yang diterima Senin 24 November 2008, penambahan pembangkit sebesar itu, membutuhkan dana US$ 63 miliar, dengan asumsi kebutuhan pendanaan sebesar US$ 1,5 juta per MW.

Sedangkan untuk pembangunan jaringan transmisi dan distribusi membutuhkan pendanaan 30-40 persen dari kebutuhan dana pembangkit atau mencapai US$ 25 miliar. Sehingga kebutuhan total dana investasi 10 tahun menjadi US$ 88 miliar. Kebutuhan dana rata-rata per tahun US$ 8,8 miliar.

Namun, untuk memenuhi kebutuhan investasi ini bukan perkara mudah. Kondisi krisis saat ini, menurut MKI, membuat sektor listrik sulit mendapatkan pendanaan sebesar itu. Dalam kondisi krisis ini peluang investasi proyek penyediaan tenaga listrik masih sangat besar. 

Kalaupun proyeksi pertumbuhan pascakrisis ekonomi dunia turun 50 persen dari proyeksi semula, masih membutuhkan tambahan pembangkit 21.000 MW, dengan investasi hingga 2018 US$ 44 miliar, atau US$ 4,4 miliar per tahun.

Tantangan utama yang dihadapi pemerintah di antaranya aspek pendanaan yang sulit diperoleh, dan bagaimana menarik investasi dan memberdayakan kemampuan pengembangan pembangkit dalam negeri.

Untuk mengatasi masalah ini, MKI merekomendasikan memanfaatkan sumber pendanaan dalam negeri untuk mendukung pengusaha nasional. Caranya membentuk trust fund, untuk mendukung pendanaan proyek penyediaan tenaga listrik skala kecil-menengah.

Depok Jadi Tuan Rumah Pembukaan Pendaftaran PPK untuk Pilkada 2024
Ilustrasi konser musik.

Diduga Terganggu, Komika Usir Ibu Menyusui dan Bayinya saat Pertunjukkan

Komika Amerika Serikat (AS) Arj Barker memancing kontroversi setelah aksinya mengusir seorang ibu yang sedang menyusui bayinya di tengah pertunjukan.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024