Royalti Batu Bara Diharapkan Naik

VIVAnews - Pemerintah menyatakan dengan diubahnya royalti batu bara dari uang menjadi barang sebesar 13,5 persen diharapkan bisa menaikkan pendapatan negara.

"Kalau pengelolaannya lebih bagus, seharusnya penerimaan negara naik," ujar Direktur Jenderal Mineral, Batu Bara, dan Panas Bumi Departemen Energi, Bambang Setiawan, di Jakarta, Selasa 25 November 2008.

Menurut dia, tidak ada hubungan secara langsung kewajiban pembayaran royalti dalam bentuk barang dengan kewajiban memasok dalam negeri atau domestik market obligation (DMO). Hanya kewajiban royalti ini membantu pasokan batu bara domestik.

Selain itu, kata Bambang, tidak semua jenis batu bara cocok digunakan di dalam negeri, sebab kalorinya berbeda. "Pemerintah bisa bisa menjual ke luar negeri dan hasil penjualannya masuk kas negara," katanya.

Pada 21 November, mengacu pada Indonesia Coal Index (ICI) harga batu bara untuk kalori 6.500 kkcal harganya US$ 126 per ton, kalori 5.800 kkcal US$ 105, 5.500 kkcal US$ 75, dan 4.500 kkcal US$ 72 per ton.

Sedangkan untuk program pasokan domestik pada 2009, pemerintah menetapkan 68 juta ton, dari total produksi 2009, sebesar 236 juta ton. Sebesar 41,18 juta ton batu bara ini akan digunakan untuk kebutuhan pembangkit listrik.

Bambang mengatakan, eksplorasi batu bara pada 2009 akan berkurang, akibat seretnya investasi di sektor ini. "Krisis finansial membuat perusahaan tambang sulit mendapatkan pinjaman dari perbankan," ujar Bambang.

Tom Lembong Pilih Setia di Gerakan Perubahan: Saya Satu Paket dengan Anies Baswedan
PM Israel Benyamin Netanyahu bersama Batalion khusus Netzah Yehuda

Sepak Terjang Netzah Yehuda, Batalion Tempur Israel yang 'Digebuk' AS

Netzah Yehuda merupakan salah satu empat batalion yang membentuk brigade infanteri Kfir. Batalyon tersebut sebagian besar beroperasi di Tepi Barat yang dikirim berperang.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024