Pinjaman Antarbank BPD dan Bank Kecil Anjlok

VIVAnews - Bank Indonesia telah mengakui terjadi segmentasi di pasar uang antarbank (PUAB) akibat menurunnya kepercayaan yang membuat bank lebih hati-hati memberikan pinjaman pada bank lain. Krisis kepercayaan antarbank itu paling parah terjadi pada Oktober 2008.

Kondisi tersebut ditunjukkan dari anjloknya pinjaman antarbank, khususnya terhadap bank-bank kecil atau bank umum swasta nasional non devisa dan Bank Pembangunan Daerah (BPD).
 
Data statistik perbankan Indonesia pada Oktober 2008 yang dikutip dari situs Bank Indonesia, Kamis 11 Desember 2008 memperlihatkan pinjaman antarbank di bank umum swasta nasional non devisa pada bulan itu anjlok sekitar 45 persen.

Jika pada September 2008 pinjaman antarbank di bank-bank ini masih mencapai Rp 2,599 triliun, pada Oktober menyusut Rp 1,129 triliun menjadi Rp 1,47 triliun. Padahal pada Agustus ke September masih terjadi lonjakan sebesar Rp 789 miliar.

Sedangkan pada BPD terjadi penurunan sekitar 12 persen. Jika pada September 2008 pinjaman antarbank masih tercatat Rp 19,312 triliun, pada Oktober menyusut Rp 2,381 triliun menjadi Rp 16,931 triliun.

Sementara pada bankbank negara dan bank-bank swasta nasional devisa, bank asing, serta bank campuran, aktivitas pinjaman antarbank tetap berjalan lancar yang diindikasikan dari pertumbuhan yang masih terjadi.

Di bank-bank pelat merah pinjaman antarbank meningkat dari Rp 44,76 triliun pada September menjadi Rp 58,11 triliun pada Oktober. Sedangkan pada bank umum swasta nasional devisa nasional devisa naik dari Rp 42,43 triliun menjadi Rp 49,52 triliun. Di bank asing naik dari Rp 44,57 triliun menjadi Rp 66,2 triliun. Sedangkan pada bank campuran naik dari Rp 9,9 triliun ke posisi Rp 13,7 triliun.

Meski terjadi penurunan pinjaman antarbank di bank kecil dan BPD, secara keseluruhan pada Oktober pinjaman antarbank masih naik Rp 42,4 triliun dari Rp 163,5 triliun menjadi Rp 205,9 triliun.

Terkait menurunnya kepercayaan antarbank ini, Ketua Umum Perbanas Sigit Pramono di Hotel Grand Hyatt, hari ini kembali meminta agar pemerintah mempertimbangkan pemberlakuan penjaminan antarbank mengingat saat ini likuiditas tidak seimbang.

"Ada bank yang punya likuiditas berlebih, pas-pasan, kurang. Dengan penjaminan antarbank akan membuat gerakan mobilitas dana lebih mudah," kata dia.
 
Penjaminan antarbank, kata dia, akan membuat bank tenang untuk meminjamkan dana kepada bank lain. Karena kekhawatiran yang dialami perbankan hilang. Setelah itu, perbankan dan pemerintah bisa bergeser fokus ke sektor riil.

Pelaku Ditangkap, Begini Modus Sopir Taksi Online Todong Penumpang Rp 100 Juta

Bank Indonesia pada Selasa lalu mengakui terjadi segmentasi di perbankan nasional, khususnya di pasar uang antarbank sehingga BI menurunkan suku bunga fasilitas pinjaman harian (overnight) perbankan melalui transaksi repo.

Jika sebelumnya bunga overnight ditetapkan BI rate plus 100 basis poin (1 persen), Dewan Gubernur Bank Indonesia dalam RDG pada Kamis 4 Desember 2008 memutuskan menjadi BI rate plus 50 basis poin (0,5 persen).

Selain bunga overnight, BI juga menurunkan FASBI (Fasilitas Bank Indonesia) rate dari semula BI rate minus 100 basis poin (1 persen) menjadi BI rate minus 50 basis poin (0,5 persen).

Penyelundupan Pil Koplo di Lapas Yogyakarta (dok istimewa)

Pengunjung Coba Kelabui Petugas Lapas Yogyakarta Simpan Pil Koplo di Betis, Malah Ketahuan

Petugas Lapas Kelas IIA Yogyakarta menggagalkan dua kali penyelundupan pil koplo dari pengunjung kepada warga binaan, salah satunya bermodus menyembunyikan pil di betis.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024