VIVAnews - Negara-negara emerging market (berkembang) memiliki potensi untuk tumbuh dalam beberapa tahun ke depan. Sebab krisis global yang terjadi saat ini lebih besar pengaruhnya untuk negara maju, seperti Amerika, Eropa dan Jepang.
"Imbas krisis pada Jerman, AS, Inggris, serta Jepang dipicu oleh tingginya tingkat pinjaman rumah tangga pada negara maju (mature markets) tersebut," ujar Head of Distribution Director Schroeder Investment Management Michael Tjoajadi di Universitas Bina Nusantara, Jakarta, Sabtu 13 Desember 2008.
Tingkat pinjaman di AS, Eropa, dan Jepang mencapai 79,5 persen. Sedangkan, emerging market seperti Asia sekitar 29,1 persen, dan Timur Tengah serta Afrika 22,1 persen.
Sementara itu, tambahnya, pinjaman surat utang negara maju sangat tinggi, bahkan Inggris mencapai 87 persen, AS sebesar 73 persen, dan Jerman 50 persen. Sedangkan pinjaman surat utang di Indonesia hanya sebesar dua persen, Filipina lima persen, dan Cina 10 persen.
"Pada negara berkembang, hanya Taiwan, Malaysia, serta Korea Selatan yang berpotensi rawan terhadap krisis ekonomi karena tingkat pinjamannya masing-masing 35 persen, 30 persen, dan 27 persen," tandas Michael.
Michael menyatakan, peran pemerintah untuk mewujudkan peningkatan gross domestic product (GDP) sangat besar. Peran tersebut antara lain bisa dilakukan melalui intervensi ekonomi, sehingga kurs mata uang serta ekonomi makro dan mikro tetap stabil. "Saat ini, pengelolaan ekonomi negara dalam mengantisipasi krisis sudah dilakukan seperti dengan mengucurkan anggaran bagi kredit bank BUMN," katanya.
Namun Michael mengingatkan, negara berkembang memiliki ketidakjelasan pada pendapatan dalam kondisi ekonomi yang masih fluktuatif seperti saat ini.
Pertumbuhan GDP Indonesia pada 2050 berdasarkan penelitian Goldman Sachs diperkirakan akan menempati urutan ketujuh di dunia. Peningkatan itu dipicu oleh kemampuan negara berkembang untuk bertahan dalam situasi krisis ekonomi serta peningkatan jumlah penduduk.
"Berdasarkan penelitian Goldman Sachs, GDP Indonesia pada 2050 akan mencapai US$ 7 miliar," kata Michael.
GDP terbesar, kata dia, akan diraih Cina sebesar US$ 70 triliun. Sedangkan, Amerika Serikat unggul tipis dari India. Dilanjutkan dengan Brazil, Mexico, Rusia. Sementara itu, Inggris dan Jerman masing-masing posisi sembilan dan 10.
VIVA.co.id
26 April 2024
Baca Juga :
Komentar
Topik Terkait
Jangan Lewatkan
Terpopuler
Selengkapnya
Partner
Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae Yong, buka taktik tim asuhannya bisa mengandaskan Korea Selatan di perdelapan Final Piala Asia U23, pada Jumat dini hari, 26 April 2024
Perusahaan Rokok Asal Korea Investasi Pembangunan Pabrik Senilai Rp6,9 Triliun di Pasuruan
Malang
8 menit lalu
Perusahaan asal Korea, KT&G menginvestasikan modal senilai Rp6,9 triliun untuk membangun pabrik rokok ke-2 dan ke-3 di kawasan Pasuruan Industri Estate Rembang (PIER)
Seorang biduan berinisial DAP, yang sudah lama bercerai tergoda remaja pria. Saking nafsunya, janda cantik itu bahkan sampai menyekap anak baru gede (ABG) ini selama tiga
Peristiwa bencana longsor terjadi pada Kamis 25 April 2024 kemarin. Kondisi saat itu dilaporkan tengah hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi di lokasi kejadian.
Selengkapnya
Isu Terkini