Kans Megawati Soekarnoputri

Mencari Pendamping Megawati

VIVAnews - Megawati Soekarnoputri untuk kedua kalinya akan menjajal pemilihan presiden secara langsung pada 2009 ini. Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini harus pintar-pintar mencari gandengan karena diprediksi lawan tangguhnya pada kali ini tetap Susilo Bambang Yudhoyono yang mengalahkannya pada 2004 lalu.

Sejak kalah dalam Pemilihan Presiden 2004, survei dari Lembaga Survei Indonesia membuktikan popularitas Megawati tak pernah bisa menandingi Yudhoyono kecuali saat harga bahan bakar minyak dinaikkan pemerintah pada Juni 2008. Namun setelah 'diserang balik' dengan bantuan langsung tunai (BLT), popularitas Yudhoyono kembali menanjak.

Pada Desember 2006, Yudhoyono dipilih 48 persen responden sebagai presiden, sementara Mega hanya 17 persen. April 2007, suara Mega naik menjadi 20 persen, sementara Yudhoyono turun jadi 39 persen. April 2008, Mega meraih 21 persen, sementara Yudhoyono 31 persen. Juni 2008, Mega dapat 30 persen melampaui Yudhoyono yang hanya 25 persen. Pada November, suara Mega melorot jadi 18 persen, sementara Yudhoyono menjulang ke angka 38 persen.

Ketua Badan Pemenangan Pemilu PDI Perjuangan, Tjahjo Kumolo, menyatakan, Megawati dan Yudhoyono memiliki basis konstituen masing-masing. Hasil-hasil survei itu akan dijadikan pertimbangan PDIP untuk mengatur strategi. "PDI Perjuangan akan terus mencermati setiap gelagat dan perkembangan hasil survei tiap bulannya, baik survei eksternal maupun internal partai. Itu semua akan digunakan untuk memperdalam strategi PDIP dalam menghadapi pemilihan presiden," kata Tjahjo kepada VIVAnews.

Salah satu strategi PDIP untuk memenangkan pertarungan 'deja vu' melawan Yudhoyono adalah dengan menggandeng calon wakil presiden yang mumpuni. Selasa, 16 Desember 2008, Tjahjo mengungkapkan, partainya telah mengerucutkan calon pendamping Mega itu pada lima nama yakni Sri Sultan Hamengku Buwono X, Hidayat Nur Wahid, Prabowo Subianto, Wiranto dan Jusuf Kalla. Nama itu disaring dari empat belas nama melalui jajak pendapat internal partai banteng itu, lalu dibawa ke Rapat Kerja Nasional PDIP di Solo, 27-29 Januari 2009 nanti.

''Kami akan lihat hingga menjelang pemilihan legislatif. Mana nama-nama yang layak jual untuk menambah suara Megawati walaupun yang memperoleh respons terkuat masih Sultan,'' ujar Tjahjo Kumolo.

Apakah Sultan pasangan terbaik bagi Megawati untuk melawan kedigdayaan Yudhoyono? Pengamat politik Eep Saefulloh Fatah berpendapat, pasangan terbaik Megawati adalah yang mampu menggaet suara Islam dan masyarakat di luar Jawa. Selain itu, kans Mega menguat jika mendapatkan pasangan yang memiliki basis pendukung partai yang kuat. 

"Menurut saya kans Megawati tidak terlalu cerah," kata Eep. Menurut Eep, ceruk pasar pemilih saat ini terbagi tiga, yaitu 60 persen massa majemuk, 38 persen massa Islam, dan sisanya adalah massa Kristen dan kedaerahan.

Kalau Megawati mau menang, menurut Eep, tidak bisa hanya mengandalkan modal massa majemuk yang diperebutkan sejumlah partai-partai besar seperti Golkar dan Demokrat. Di antara massa majemuk itu, massa marhaen PDIP itu dalam perhitungan Eep hanya mencapai 20 persen saja. "Nggak bisa dia (Megawati) menang dengan 20-an persen," kata Eep.

Jadi, kata Eep, Mega harus melintasi ceruknya dengan mengambil pasangan yang mampu meraup suara Islam dan meraup suara luar Jawa. Sebab, kata dia, menurut riset terakhir, di dua kantong itulah Megawati tidak mempunyai dukungan signifikan.

Apakah benar begitu? Survei Indonesian Research dan Development Institute (IRDI) pada 5-12 Juli 2008 membuktikan suara Megawati kedodoran di luar Jawa-Bali. Megawati berjaya di Jawa-Bali dengan meraih 50 persen suara sementara Yudhoyono hanya 23,82 persen. Di Sumatera, Mega hanya raih 23,55 persen, sedangkan Yudhoyono 48,55 persen. Di luar Jawa, Bali dan Sumatera, Megawati meraup 30 persen namun Yudhoyono lebih besar 40,85 persen.

Berdasarkan sebaran provinsi, Megawati berjaya di seluruh provinsi di Jawa (kecuali DKI Jakarta yang dikuasai Yudhoyono), Bali, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Maluku, dan Maluku Utara. Sementara Yudhoyono hampir di semua provinsi di luar itu kecuali Sulawesi Selatan yang dikuasai Jusuf Kalla dan Gorontalo yang dikuasai Fadel Muhammad.

Di antara 5 nama calon wakil presiden PDIP, hanya Hidayat Nur Wahid dan Jusuf Kalla yang memiliki potensi meraup suara Islam sekaligus suara luar Jawa. Survei IRDI menemukan Hidayat didukung 8 persen pemilih di Sumatera, meski di Indonesia bagian timur kedodoran. Sementara Jusuf Kalla kuat di bagian timur dengan dukungan 12 persen. Sedangkan Sultan, jelas juga kuat di pulau Jawa, di basis kekuatan Megawati pula.

Kembali Beroperasi, Pabrik Roti di Gaza Diserbu Ratusan Warga Palestina hingga Antre Berjam-jam
Timnas Indonesia vs Australia di Piala Asia U-23

5 Fakta Menarik Timnas Indonesia Usai Hancurkan Australia di Piala Asia U-23

Timnas Indonesia meraih kemenangan atas Australia dengan skor 1-0 dalam Piala Asia U-23 Grup A di Stadion Abdullah Bin Nasser pada Kamis malam kemarin, 18 April 2024.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024