Sepenggal Kaleidoskop dari Spanyol

VIVAnews - Natal 2008 baru saja usai dirayakan. Meski berlangsung di seluruh penjuru jagat, perayaan lebih terasa  di negara berpenduduk mayoritas beragama Nasrani. Spanyol tentu bukan pengecualian. Namun agama Katolik Roma tidak jatuh dari langit begitu saja untuk kemudian dipeluk oleh sekitar 97 persen warga Spanyol, melainkan hasil sebuah perjuangan.

Bea Cukai Musnahkan Pakaian Bekas Bernilai Ratusan Juta di Yogyakarta

Spanyol adalah Asturias, selebihnya merupakan daerah yang kita rebut kembali dari bangsa Moor. Demikian semboyan kebanggaan rakyat Asturias, sebuah wilayah di barat laut Spanyol, yang mengimplikasikan pentingnya propinsi mereka dalam rentang sejarah negara Spanyol.

Meski memang tidak setenar wilayah Madrid maupun Catalunya, dalam perjalanan sejarah peradaban bangsa Spanyol, Asturias disebut-sebut sebagai the cradle of the nation.

Jokowi Adakan Buka Puasa Bersama Menteri di Istana

Ini tak lain karena di Asturias, tepatnya di Covadonga terjadi perlawanan terhadap bangsa Moor yang menjadi awal la Reconquista, perjuangan selama kurang lebih delapan abad untuk merebut kembali jazirah Iberia yang jatuh ke tangan bangsa Moor sejak tahun 711. Tanpa itu, wajah Spanyol bukanlah seperti yang kita lihat hari ini.

Adalah Don Pelayo yang memimpin perlawanan menuju kemerdekaan Asturias tersebut. Sebagai puncaknya adalah kemenangan pasukan Pelayo dalam Perang Covadonga pada tahun 722 di lereng gunung Auseva. Kemenangan ini memberi kekuasaan pada Pelayo sebagai raja pertama dari Asturias atas beberapa wilayah di Asturias.

4 Jenderal Polri Kompak Bareng Wartawan dan Polwan Sebar Kebaikan di Bulan Ramadan

Di samping itu, kemenangan ini sangat menarik karena berdasarkan kepercayaan masyarakat, Sang Perawan Suci menampakkan diri di gua Covadonga untuk memberi semangat bagi anggota pasukan Pelayo. Sebagai hasilnya, sebuah tempat sembahyang bagi umat Katolik dibangun di gua tersebut.

Perjalanan menuju situs sejarah sekaligus religi di Asturias dapat dimulai dari Cangas de Onís, kota yang pada masa lalu dipilih Pelayo sebagai ibukota. Berbagai peninggalan sejarah dapat ditemukan di sini. Yang paling utama adalah jembatan yang dibangun pada abad 13 yakni El Puente Románico (lebih populer dengan sebutan yang salah kaprah sebagai El Puente Romano).

Jembatan yang terletak di dekat jalan utama untuk masuk ke kota Cangas de Onís ini menjadi salah satu simbol Asturias bersamaan dengan adanya replika la Cruz de la Victoria, salib kemenangan yang dipercaya digunakan Pelayo dalam perlawanannya terhadap bangsa Moor, yang digantungkan tepat di tengah-tengah jembatan.

Sementara itu, la Cruz de la Victoria bertatahkan permata yang sesungguhnya tersimpan di jantung kota Oviedo, ibukota propinsi Asturias saat ini, sejak tahun 908.

Salib tersebut merupakan pemberian Raja Alfonso III el Magno untuk Gereja San Salvador. Hanya satu abad sebelumnya, yakni pada tahun 808 Raja Alfonso II el Casto menghadiahkan kepada gereja tersebut la Cruz de los Angeles atau dikenal pula sebagai la Cruz de Oviedo yang menjadi simbol monarki Asturias.

Hanya sekitar 12 kilometer dari Cangas de Onís menyusuri jalan raya berliku ke arah pegunungan yang merupakan bagian dari The Peaks of Europe terletaklah situs religi Covadonga.

Selain tempat sembahyang di goa suci Covadonga, di kompleks berketinggian 263 meter dari permukaan laut ini juga terdapat gereja yang berusia satu abad, museum, serta monumen sebagai penghormatan terhadap Pelayo dan makamnya.

Demikian di antara persembahan sebagai wujud rasa syukur sekaligus bangga rakyat Asturias Tidak berlebihan pula jika tahun 2008 ini menjadi tahun yang istimewa bagi mereka.

Selain Natal yang dirayakan setiap tahunnya, terdapat pula peringatan 1200 tahun dianugerahkannya  la Cruz de los Angeles dan 1100 tahun la Cruz de la Victoria untuk gereja San Salvador. Tak hanya itu, tahun ini Asturias juga memperingati tepat empat abad didirikannya Universidad de Oviedo. 

Semoga hadirnya tulisan ini di penghujung akhir tahun 2008 tidaklah terlambat. Selamat Natal 2008 dan Tahun Baru 2009.(Yudith Damayanti)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya