Blog Indra J Piliang

Lika-liku Caleg Mencari Dukungan

Tidak terasa, sudah tiga bulan lebih aku ada di lapangan. Kalau dalam dua bulan pertama hanya sekitar dua minggu, maka memasuki Desember 2008 semakin sering. Kalaupun aku ke Jakarta, itu untuk keperluan keluarga, kantor, proyek-proyek yang belum selesai, atau menemui sejumlah kolega dekat untuk membantu pembiayaan kampanyeku. 

Alhamdulillah, kalau semula terasa sulit, bahkan terlalu menghabiskan banyak materi sosialisasi, serta memenuhi undangan-undangan kegiatan yang ujung-ujungnya sumbangan, maka makin hari semakin terpola dengan baik. Pengalaman di lapanganlah yang menuntunku untuk menemukan cara-cara yang efektif untuk mensosialisasikan diri.  Boleh dikatakan timku di Posko IJP-09 Center terbagi atas tiga kelompok. 

Pertama, anak-anak Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang mengurusi administrasi dan jaringan. Mereka juga mengendalikan materi sosialisasi, seperti kartu nama, stiker, kalender dan baliho. Aku beruntung anak-anak ini datang dengan motivasi “magang dan belajar politik”. Sekalipun ada yang mendapatkan protes dari senior-senior mereka yang lain yang juga caleg, anak-anak muda ini tetap dengan sepenuh hati melakukan aktivitas. Bagi mereka, “Banyak ilmu yang bisa ditimba bersama bang IJP.” 

Kedua, teman-teman SMA-ku. Mereka mengetahui dengan baik kondisi lapangan. Karena sebagian besar penduduk di daerah pemilihanku tidak termasuk dalam kategori pendidikan menengah dan tinggi, maka tamatan SMA saja sudah menjadi satu kemewahan. Hal ini juga yang memicu semangatku, mengingat mayoritas penduduk adalah tamatan SD atau tidak tamat SD. Pola berpikirnya tentu berlainan dengan yang tamatan SMA atau perguruan tinggi. 

Ketiga, keluarga dekat atau yang merasa memiliki kedekatan, baik karena satu suku, satu kampung, atau merasa aku adalah anak pisang, atau kedekatan lain yang sulit ditulis dengan rinci. Mereka datang dari masa laluku, masa lalu keluargaku. Dari merekalah aku mengetahui lebih detil tentang kejadian-kejadian di masa lampau atau mengetahui siapa saja orang-orang yang layak kutemui untuk diajak menjadi bagian dari tim. 

Sebetulnya, ada kelompok lain, yakni jaringan pengurus dan calon anggota legislatif dari Partai Golkar. Karena persaingan sesama caleg, terutama berkaitan dengan mekanisme suara terbanyak, tentu membutuhkan talenta tersendiri agar semua kalangan di partai bisa diajak kerjasama. Dalam hal ini, aku berusaha untuk membangun solidaritas dan soliditas di kalangan partai. 

Bagi yang tidak bisa bekerjasama dengan motivasi berbeda, aku tidak segan-segan untuk tidak lagi mengajak, dari kalangan keluarga dekat sekalipun. Aku sangat menghindari memotivasi orang dengan uang, karena memang tidak memiliki banyak materi. Kalau sekadar biaya untuk makan siang, beli bensin atau pengganti biaya kerja seharian (kukalkulasi dengan upah harian sehari sebagai petani atau tukang ojek), maka poskoku pasti memberinya. Aku tidak mau berhutang budi kepada siapapun, tetapi juga aku tidak dalam rangka membeli suara. 

 

Sedari awal aku memang mengutamakan bertemu sebanyak mungkin orang dalam sehari. Sampai tiga bulan ini, aku baru membuat spanduk dua buah, itupun permintaan guru sebuah sekolah yang mendapatkan juara kebersihan se-Kabupaten dan permintaan tim sukses pemilihan wali nagari. Ada karangan bunga juga yang kukirim untuk satu acara mahasiswa dan satu pelantikan wali nagari. Kalaupun ada spandukku yang beredar bersama caleg lain, itu mereka sendiri yang membuatnya. 

Poskoku sudah mencetak lebih dari 20.000 kalender. Ukurannya kecil, tidak sebesar caleg-caleg lain. Sengaja kupilih yang kecil, untuk memunculkan kesan unik. Bagi siapapun yang belajar komunikasi, tentu bisa paham bahwa keunikan dan deferensiasi adalah salah satu kuncinya, ketika calon-calon lain menggunakan strategi komunikasi yang seragam. 

Kartu nama sudah kucetak lebih dari 100.000. Berbeda dengan caleg lain, aku mencantumkan seluruh nama caleg di dapilku, sementara caleg lain hanya mencantumkan namanya dan mengosongkan nama orang lain. Di kartu nama itu tercantum nomor teleponku, alamat sekretariat posko IJP-09 Center, serta dua nomor telepon: ketua dan sekretaris posko. 

Kini, karena banyaknya permintaan dan untuk menjaga “moral pasukan”, maka aku mulai mencetak baliho. Baliho ini gunanya sebagai penanda daerah saja bahwa ada timku di tempat baliho itu dipasang. Sejak awal aku memang tidak menjadikan baliho atau spanduk sebagai alat sosialisasi, karena media itu tidak bisa berbicara kepada orang lain. Dengan kupasang baliho sekarang, sudah ada tim di lapangan yang menjaganya, sekaligus juga menyampaikan kepada masyarakat. 

Aku baru sekali memasang iklan di dua koran, yakni ketika pelantikan Walikota Pariaman. Biayanya mahal: Rp 15 Juta. Yang lain, dua kali profilku muncul di koran lokal, lalu sebagai “imbalan”, korannya kuborong seribu sampai dua ribu eksemplar, lalu timku menyebarkan ke warung-warung. Kalau mengandalkan iklan saja menurutku tidak efektif, karena pembaca koran terbatas. Artinya, apabila kita memasang iklan sebanyak sepuluh kali dalam koran yang sama, maka sasarannya adalah pembaca koran itu saja, tidak bisa menjangkau yang lain. Sekali memasang iklan sama saja dengan sepuluh kali. Tentu ada persentase pembaca baru, misalnya karena tidak sempat membaca koran sebelumnya yang memuat iklan kita, tetapi menurutku jumlahnya kecil.  

 

Tentu andalan utamaku adalah kader-kader atau Relawan IJP-09. Aku sendiri yang melatih mereka, dalam satu gelombang berisi 20-30 orang. Kepada mereka kujelaskan apa itu fungsi DPR RI, berapa persen suara Partai Golkar dalam pemilu 2004, riwayat hidupku, visi dan misiku sebagai calon anggota DPR, dan materi lain tergantung kondisi lapangan. Setidaknya mereka paham bahwa anggota DPR itu tugasnya bukan membangun jembatan, membagikan uang, atau mensponsori kepergian seseorang ke Jakarta atau ke luar negeri. Dari mereka aku berharap bahwa makin lama biaya politik makin minim. 

Aku tentu tidak bisa mengontrol mereka di lapangan, tetapi setidaknya mereka sudah bertemu dengan orang yang mungkin mereka dukung. Ada juga yang bagian dari tim sukses calon anggota DPRD dari partai berbeda. Bagiku tidak masalah, kalaupun mereka “mencuri” metode yang kupakai, setidaknya akan juga mempengaruhi massa pendukung masing-masing bahwa politik itu memiliki sistem, kerangka atau pola. 

Kepada mereka kupasang target perolehan suara di masing-masing Tempat Pemungutan Suara (TPS). Mungkin mereka tidak sepenuhnya paham, karena ada relawan yang merasa menjadi bagian dari tim suksesku, lalu masuk ke daerah-daerah lain yang bukan TPS tempat dia ditugaskan. Perjalanan  itu tentu membutuhkan biaya. Kepada mereka kujelaskan lagi bahwa yang kuperlukan adalah relawan di TPS, bukan di seluruh Sumbar 2. Kalaupun mereka membantu mencarikan relasi di daerah lain, biasanya aku datang bersama tim yang ada di Posko. 

Belakangan, aku mulai memikirkan metode-metode baru, termasuk dalam memantau kinerja relawan di lapangan. Tidak semua bisa kutulis. Bagi pembaca catatan ini, aku tetap berharap mendapatkan dukungan, baik dalam bentuk penggalangan suara, atau kalau bisa dukungan dana. Kalau ada dukungan dana, biasanya kugunakan dalam bentuk paling riil, yakni membeli buku di Jakarta, lantas menyumbangkan ke sekolah-sekolah di dapilku.

Dana itu juga kugunakan untuk aktivitas sosial, bukan untuk aktivitas yang bersifat pembuatan alat-alat kampanye. Biarlah dana dari pribadiku sendiri dan dari penyumbang yang lain yang kugunakan untuk mencetak baliho, spanduk, stiker, poster atau leaflet. 

Selamat merayakan tahun baru, baik tahun baru Hijriyah atau tahun baru Masehi. Semoga keadaan semakin baik di tahun ini. Semoga saja.


* Indra J Piliang adalah calon anggota DPR periode 2009-2014 dari Partai Golkar dengan nomor urut 2, daerah pemilihan Sumatera Barat II  yang meliputi Kota Pariaman, Kota Bukittinggi, Kota Payakumbuh, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Agam, Kabupaten Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat dan Kabupaten 50 Kota. Tulisan ini dapat diakses di www.indrapiliang.com.

Sektor Manufaktur RI Jauh dari Deindustrialisasi, Ekonom Beberkan Buktinya
Anggota DPR RI Fraksi Gerindra, Sumail Abdullah

Berpengalaman di DPR, Sumail Abdullah Dinilai Berpotensi Maju Pilkada Banyuwangi

Anggota DPR dari Fraksi Partai Gerindra, Sumail Abdullah, dinilai menjadi salah satu nama yang berpotensi maju di Pilkada Kabupaten Banyuwangi dalam Pilkada serentak 2024

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024