VIVAnews -- Tak bisa dipungkiri, resesi ekonomi sepanjang akhir tahun lalu mengguncang sejumlah pasar teknologi. Pun begitu pada pasar semikonduktor.
Asosiasi Industri Semikonduktor (SIA) melaporkan pendapatan sejumlah vendor chipset menurun hingga 9,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Secara global, penjualan semikonduktor per bulan jatuh sekitar US$ 2,3 miliar atau setara Rp 24,7 triliun, dibandingkan tahun sebelumnya menjadi US$ 20,8 miliar atau setara Rp 223 triliun.
Ini juga mengindikasikan bahwa sepanjang tahun lalu, industri semikonduktor atau chip hanya mengalami pertumbuhan pendapatan 0,2 persen.
Guncangan ini sempat memaksa sejumlah vendor chip, seperti Micron dan Freescale menutup sejumlah pabrik dan menyusutkan jumlah karyawannya.
Meski begitu, George Scalise, presiden SIA, tetap optimistis bahwa industri TI terutama chip tidak terlalu merasakan dampak resesi.
"Krisis finansial global memang secara jelas berdampak mengurangi permintaan pasar terhadap semikonduktor," kata Scalise kepada Vnunet, Rabu 7 Januari 2009. "Tapi industri ini masih lebih baik dibandingkan sektor lain."
Dia berharap industri ini mampu bertahan sebagai pengekspor kedua terbesar Amerika Serikat sampai tahun depan.
Menurut analisisnya, pengurangan terbesar disebabkan melambannya permintaan chip memori. Pasarnya mengalami kemerosotan hingga lebih dari setahun. Diprediksi dalam beberapa bulan ke depan, sejumlah perusahaan akan melakukan konsolidasi, dan sisanya tutup.