Imlek di China

Walau Merana, Semangat Mudik Tetap Tinggi

VIVAnews – Mimpi buruk Cheng Bingchuan dimulai 15 Januari lalu ketika warga kota Beijing itu mengantri di loket pembelian tiket kereta api untuk membeli tiket pulang. Dia tiba di loket tiket satu setengah jam sebelum loket buka.

Cheng berada di antrian ketiga. Dia yakin bakal mendapat tiket pulang itu karena dua orang di depannya mencari tiket dengan tujuan lain.

Namun Cheng terkejut bukan kepalang saat loket dibuka jam 9 pagi, dan petugas loket memberi tahu bahwa tiket kereta kecepatan tinggi tujuan Zibo, propinsi Shandong, kota tujuan Cheng, untuk tanggal 24 Januari, habis.

“Saya tidak habis pikir kenapa tiket yang tadinya dibilang masih ada, tiba-tiba habis begitu saja,” kata Cheng seperti dikutip dari kantor berita Xinhua, Sabtu 24 Januari 2009.

Normalnya, penjualan tiket dimulai empat hari sebelum tanggal keberangkatan untuk kereta regular, dan sepuluh hari untuk kereta kecepatan tinggi. Selama puncak Tahun Baru China (Imlek), karena tingginya permintaan, semua tiket terjual habis.

Tiap menjelang Tahun Baru China, yang juga disebut sebagai Festival Musim Semi, membeli tiket benar-benar menjadi pekerjaan yang sangat sulit.  Pemudik menunggu berjam-jam bahkan berhari-hari di tengah cuaca bersuhu rendah untuk membeli tiket.  Bagi mereka yang bisa naik ke kereta, belum tentu bisa duduk di kursi, bisa saja mereka duduk di lorong kereta atau berdiri.

Tahun ini, Imlek jatuh pada 26 Januari.  Departemen Perhubungan Kereta Api memperkirakan jumlah pemudik pengguna kereta tahun ini mencapai 188 juta orang selama 40 hari puncak hari raya. Jumlah ini meningkat 8 persen dibanding tahun lalu yang mencapai 13,73 orang pemudik. Jumlah pengguna kereta harian naik sebanyak 340 ribu orang sehingga mencapai 4,7 juta orang per hari.

Berdasarkan data Departemen Perhubungan, jumlah rata-rata penumpang kereta dalam sepuluh hari pertama Tahun Baru China mencapai 4,78 juta orang, naik sebanyak 714 ribu orang dari tahun lalu.

Walaupun armada tambahan telah ditambahkan sebanyak 6.274 kereta, dan jumlah kursi kereta ditambah, tetapi tetap saja permintaan tiket tidak semua dapat dipenuhi. Ketidakpuasan masyarakat berubah menjadi kedongkolan setelah sebuah video yang menayangkan situasi Stasiun Kereta Beijing ditampilkan.

Tayangan itu menunjukkan seorang pegawai di belakang loket tiket yang telah tutup sedang mencetak berlembar-lembar tiket kereta. Dia menyusun tiket-tiket tersebut dalam tumpukan-tumpukan berbeda, tanpa memperhatikan antrian panjang calon pemudik yang putus asa.

“Inilah kenapa kami tidak bisa membeli tiket walau saya berada di antrian pertama,” keluh Cheng. “Pegawai itu mungkin menyimpan tiket-tiket itu untuk calo,” lanjut Cheng.

KPU Nilai Unjuk Rasa Jelang Penetapan Pemilu Hal Biasa dan Selalu Ada
Raffi Ahmad

Cerita Mistis Raffi Ahmad Melihat Komedian Sapri Sebelum Meninggal

Raffi menceritakan kejadian anehnya saat berada di lokasi syuting, saat itu ia melihat sosok Sapri di tengah kerumunan. Padahal yang ia tahu, saat itu Sapri sedang sakit.

img_title
VIVA.co.id
19 Maret 2024