VIVAnews - Masyarakat Indonesia kian gemar menggesek kartu kredit. Pada 2008 lalu, total transaksi melonjak hingga Rp 107,3 triliun.Sementara jumlah kredit bermasalah (NPL)-nya mencapai 10,92 persen.
Bank Indonesia meminta perbankan menurunkan level kredit bermasalah ini. Bank diminta meningkatkan penagihan nasabah yang menunggak kartu kredit.
Menurut Direktur Acounting dan Sistem Pembayaran Bank Indonesia SWD Murniastuti, masih tingginya NPL itu dikarenakan daya beli masyarakat yang menurun. Kartu kredit memudahkan nasabah dalam menyediakan uang tunai.
"Jika penghasilannya berkurang membuat nasabah nunggak," kata Murniastuti dalam acara implementasi standar nasional kartu debet dan ATM di Gedung BI, Jakarta Jumat 6 Februari 2009.
Meski masih tinggi, Murniastuti mengakui tingkat NPL ini sebenarnya sudah menurun, karena pada awal Januari 2008 NPL mencapai 12 persen. Sementara dari sisi jumlah transaksi naik menjadi Rp 107,3 triliun pada 2008 dari Rp 72,6 triliun pada 2007. Saat ini jumlah pemegang kartu kredit 2008 sebesar 11,5 juta.
Menurut Direktur Ritel Banking Bank Mega Kostamayan Thayib, NPL kartu kredit tahun ini diperkirakan akan naik satu persen, atau menjadi 11,92 persen. Hal itu dikarenakan kondisi krisis yang terjadi saat ini. Nasabah juga akan mengerem penggunaan kartu kredit untuk mengurangi tunggakan. "Jika tiba-tiba berhenti, maka itu akan membuat NPL di bank naik," katanya.