Edwan Ruriansyah

Sheikh Mansour Salah Membeli Klub

VIVAnews - Sejarah jadi sesuatu yang tak bisa diabaikan dalam perjalanan prestasi klub-klub sepakbola Eropa. Buktinya, Liga Champions hanya dijawarai oleh klub-klub itu saja.

Demikian pula di Liga Inggris, salah satu liga tertua di blantika Eropa. Keputusan Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan membeli Manchester City dianggap hanya akan meneruskan kegagalan pemilik sebelumnya, mantan PM Thailand, Thaksin Sinawatra.

Sejarah tak memihak Manchester City. Menurut data FourFourTwo, klub-klub di belahan Timur Laut memang tak punya rekam jejak bagus di Inggris.

Sejarah tim-tim Timur Laut dimulai oleh Middlesbrough pada musim 1908/1909. Sebelumnya, The Boro memecahkan rekor transfer lewat Alf Common senilai 1.000 poundsterling dari Sunderland pada Februari 1905.

Dengan kemampuan mencetak gol yang ganas serta tekel bagus, Common menjadi harapan The Boro. Tapi, prestasi terbaik The Boro hanya berada di posisi 9 pada musim 1908/1909.

Bisa ditebak, karena frustrasi tak kunjung juara, Common hijrah ke klub di selatan, Woolwich Arsenal. Itu sekaligus mengakhiri petualangan Common di Timur Laut.

Mungkin kondisi ini kini mirip yang terjadi pada Robinho di City. Dengan transfer tertinggi 32,5 juta pounds musim panas lalu, Si Kaki Setan itu sementara hanya mampu mengajak Citizens berada di papan tengah, bahkan terancam degradasi.

Perang Dunia I

Setelah Perang Dunia I, klub-klub Timur Laut terus gagal menancapkan hegemoni sebagai salah satu kekuatan utama di Inggris. Newcastle meraih gelar keempat dan terakhir pada musim 1926/1927. Mereka hanya mampu mendominasi Piala FA, awal 1950an, dan juara Fairs Cup 1969 serta hanya menjadi kuda hitam di Liga Inggris 1990an.

Sunderland menikmati masa keemasan pada pertengahan 1930an dengan menjadi juara liga 1936 dan Piala FA 1937. Middlesbrough berada di posisi 3 musim 1913/1914.

Delapan dari 10 gelar tim Timur Laut dimenangi sebelum 1915. Lima oleh Sunderland dan tiga Newcastle.

Sunderland menjadi tim "untouchable" era 1891-1895, dengan tiga kali memenangi Liga. Musim 1892/1893, The Black Cats unggul 11 poin atas Preston.

Tapi, itu sudah terlalu lama. Bandingkan dengan kondisi terkini dimana Sunderland hanya menjadi klub medioker, bahkan bisa terlempar degradasi.

Setelah membeli pemain berbakat, terutama dari Skotlandia, Newcastle tiga kali juara liga era 1900an. The Toon juga melaju ke lima final FA dalam tujuh tahun. Tapi, itu juga sudah terlalu lama.

Industri pertambangan menjadi faktor pendukung dominasi tim-tim Timur Laut era 1890-1900. Saat itu, pertambangan aspal, bijih besi, usaha perkapalan dan mesin berkembang pesat di Inggris.

Kondisi ini berbanding terbalik sejak 1920-1930, ketika krisis mulai melanda. Ekonomi di Timur Laut Inggris tak tertolong, demikian pula klub-klub sepakbolanya seperti Newcastle yang sebenarnya punya sejarah bagus.

Sebenarnya, jika Sheikh Mansour ingin membeli klub paling tepat di Timur Laut bukannya Manchester City, tapi Newcastle United. The Toon Army masih punya banyak suporter fanatik.

Apalagi, kini Newcastle juga dilanda krisis finansial. Dukungan dana taipan Timur Tengah lainnya, jika bukan Sheikh Mansour, akan memberi banyak pelajaran berarti.

Rata-rata jumlah penonton di St James Park, kandang Newcastle, musim lalu, lebih banyak 51.231 dibanding juara Italia tiga musim terakhir, Inter Milan. Juga lebih banyak 9.000 lebih banyak dibanding penonton di City of Manchester Stadium.

Minimal Sheikh Mansour akan punya lebih banyak penggemar di Inggris. Itu jika ia ingin ngetop tanpa mempertimbangkan rencana mengukir prestasi bersama klubnya.

Rencana Platini

The Citizens mulai membuat Presiden UEFA, Michel Platini, kebakaran jenggot. Tak lain karena tawaran 150 juta euro pada bintang AC Milan asal Brasil, Ricardo Kaka.

Transfer Kaka nyaris terjadi, meski ditengarai bukan Kaka melainkan Milan yang tergiur gelimang uang Sheikh. Campur tangan PM Italia, Silvio Berlusconi, yang juga pemilik Milan menggagalkan transfer gila itu.

Sheikh kini menjadi hantu buat klub-klub pemilik bintang. Hampir semua klub-klub pemilik bintang dunia seperti Cristiano Ronaldo (Manchester United) dan Lionel Messi (Barcelona) tak tenang karena asetnya terancam dicaplok Sheikh Mansour.

Dan Platini akan selalu memposisikan dirinya sebagai seorang "Robin Hood." Pria Prancis ini mengancam akan mengusir Citizens dari kompetisi Eropa (Liga Champions dan Piala UEFA) jika terus memberikan "tawaran gila."

Sebuah kendala besar buat ambisi besar dengan uang nyaris tak berseri sang taipan dari Abu Dhabi itu. Bukan mustahil perseteruan ini akan kembali menajam di bursa transfer musim panas, Juni 2009.

Dan menarik pula untuk ditunggu apa reaksi Sheikh jika pihaknya kembali gagal mendaratkan bintang besar di City of Manchester Stadium kelak.

Cekcok Hebat dan Bergumul di Kamar, Suami Sadis Ini Tega Bunuh Istri Pakai Obeng
(Tengah) Anggota Komisi C DPRD DKI, Esti Arimi Putri

Legislator Soroti Daya Beli Gen Z di Jakarta, Bisa Berkontribusi Besar Kendalikan Inflasi

Anggota Komisi C DPRD DKI Jakarta, Esti Arimi Putri menilai pentingnya upaya pemberdayaan daya beli terhadap semua golongan demi mengendalikan inflasi.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024