Kisah dari Pembaca eks Tapol

Proyek Pelabuhan (III)

VIVAnews - Selama di Karangantu,saya bersama beberapa teman berada dibawah pengawasan Batalyon 308 Siliwangi dibawah pimpinan Mayor Supeno yang asal Tuban dan ditempatkan disebuah kamar kecil bertiga bersama Ir.Soerjo Darsono dan Ir.Mamad Sumadiredja, semua alumni ITB.

Untuk urusan makan, kami dapat jatah beras dan uang lauk pauk Rp 25 per hari. Sebagai perbandingan gaji saya terakhir sebelum ditahan sekitar Rp 40,000/bulan dalam hitungan uang lama sebelum sanering jadi Rp 40.  Bulan Desember 1965 nilai rupiah Rp 1,000 dirubah jadi Rp 1,tetapi uang Rp 25 per hari ini tidak ada artinya karena tingkat inflasi sudah mencapai 650% per tahun.

Untuk lauk pauk,kami sering dapat ikan gratis dari para nelayan Bugis, juga ikan teri yang kami jemur dan keringkan, untuk kemudian kami kirimkan ke proyek-proyek di berbagai lokasi sebagai bantuan untuk teman-teman yang kekurangan pangan, mereka dapat jatah lebih buruk dari kami,yang sedikit diistimewakan oleh Korem.

Jatah uang lauk-pauk bagi kami yang sarjana, sebesar Rp 25 per hari itu berlaku sejak kami dipekerjakan di proyek pelabuhan sampai April 1971 saat saya harus berangkat ke Nusakambangan dan seterusnya ke Buru.

Bagi tahanan tidak ada dalam kamusnya menuntut kenaikan jaminan, taboo! Ada pengalaman mengesankan saat saya sedang bertugas mengoperasikan mesin gilas jalan, istilah umum : slender, bahasa Jawa.

Saat itu ada tamu Brigjen.Suratmo dari Direktorat Zeni AD Jakarta. Saat jeep yang ditumpangi lewat disamping mesin gilas, dia menyuruh sopirnya berhenti. Dari tempat duduknya Brigjen Suratmo bertanya : "Kamu pernah kuliah di Moskwa?". "Benar jendral",  saya mengikuti kebiasaan militer menjawab atasan. "Kamu ikut main band mahasiswa?" "Benar jendral"

Ternyata Brigjen Suratmo ini pernah kuliah di Akademi Militer Frunze di Moskwa dan band mahasiswa pernah menghibur para pejabat militer yang saat itu sedang mengikuti berbagai pelatihan di Uni Soviet.  Ali Sadikin juga salah seorang dari KKO.

Saat itu adalah sekitar tahun 1962-1964, dimana ratusan personil AD-AL-AU berlatih di Uni Soviet untuk mengoperasikan alat-alat persenjataan dalam menghadapi Operasi Trikora untuk mengusir Belanda dari West Nieuw Guinea.

Kejadian mengesankan lainnya adalah saat kami jadi semacam sandera yang diperebutkan oleh dua instansi militer, Batalyon 308 Siliwangi dan Denpom Serang.

Elite PAN soal PKB-Nasdem Gabung Prabowo: Ini Masih Perubahan atau Keberlanjutan? 

Kasusnya berawal dari tugas yang diberikan oleh Mayor Supeno sebagai Komandan Batalyon 308 Siliwangi. Kami berdua bersama Ir.Mamad Sumadiredja ditugaskan ke Bandung bukan April 1967 dengan surat jalan yang ditanda-tangani Mayor Supeno dan dikawal Sersan Mayor Pairin dari Zipur (Zeni Tempur),yang di BP-kan ke proyek (istilah militer : BP- dibawah perintah).

Rupanya hal tersebut tercium oleh Denpom Serang, entah dari laporan anggotanya, entah benar-benar ada saksi mata melihat kami berada di Bandung. Hal ini jadi masalah bagi Kepala Seksi I Korem,Mayor Hasibuan dan Komandan Denpom Serang Mayor Eddy Sirodz. Kedua mayor ini datang ke Proyek Rehabilitasi Pelabuhan Karangantu untuk menemui Mayor Supeno.

Inti persoalan : Mayor Supeno tidak berhak menugaskan kami keluar Banten tanpa seizin Kasi I Korem maupun Dan Denpom! Perdebatan berlangsung seru dan kami hanya menguping dari ruang sebelah. Saking serunya perdebatan sampai-sampai Mayor Supeno yang Komandan Batalyon, menantang kedua mayor tersebut berkelahi.

Tetapi beruntung kedua mayor yang ditantang tidak menanggapi dan mereka balik ke kota Serang yang berjarak sekitar 11 km. Tetapi buntutnya, saat Mayor Supeno tidak berada di proyek,kami berdua bersama Ir.Mamad Sumadiredja diambil oleh perugas CPM dan dibawa ke Serang untuk dijebloskan kedalam sel.Kami tidak bisa berbuat apapun selain pasrah.

Setelah Mayor Supeno mendengar hal ini,dia begitu berang dan memerintah satu regu Zipur bersenjata lengkap untuk mengambil kami kembali dari Denpom Serang.Sebagai Komandan Proyek Mayor Supeno bisa memberi perintah pada pasukan apapun yang di BP-kan dibawah dia.

Benar-benar heboh. Denpom Serang dikepung satu regu Zipur bersenjata lengkap, dipimpin Letda.Salamin. Akhir cerita, kami dibebaskan Zipur dan dibawa kembali ke proyek Karangantu! bersambung..

Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali

Nasib 2 Debt Collector Ambil Paksa Mobil Polisi, Kemenhub Pangkas Jumlah Bandara Internasional

Berita tentang nasib dua debt collector yang hendak mengambil paksa mobil Aiptu Fandri di parkiran salah satu pusat perbelanjaan di Kota Palembang jadi yang terpopuler.

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024